Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Surganya Surga.

Saya belajar jalan - jalan - terjatuh - bangun - melangkah kembali - menata langkah demi langkah - jalan ditempat - jalan perlahan - hingga berlari - dari beliau. Bukan hanya bagaimana cara melangkah dalam konteks jalan biasa, tetapi bagaimana melanjutkan proses kehidupan dengan terus bertumbuh dan berdaya. Saya belajar akan hal tersebut dari surga saya; IBU. Adalah beliau, yang nyawanya sempat hampir hilang ketika memperjuangkan hadirnya mahluk-mahluk baru di dunia. Adalah beliau, sosok yang derajatnya 3 tingkatan lebih tinggi dihadapan Allah semata. Adalah beliau, yang sosoknya tercantum dalam firmanNya. Bahkan hari ini, ketika anak gadisnya menmgeluh tentang hal-hal yang sifatnya duniawi, beliau dengan lembutnya mendengarkan, memaknai, hingga mengarahkan pun menasihati, dengan caranya; yang lembut nan indah. Laa khawla walaa quwwata illa billahil 'aliyyil 'adziim Abadi perjuanganmu, Bu :)

Lama, Katanya...

Hallo sobat Millenials, masih bertahan dalam perjalanan menuju suatu tempat? Yaaaa ini proses, nikmati saja. Lalu apa harus dilakukan sekarang? Sulit dude!  Orang punya kepribadian masing-masing. Orang punya masanya masing-masing. Orang punya karakternya masing-masing. Pun tidak bisa di paksakan. Lalu? Bersabar gaes, yo jelas rak ono batese . Hzzzz, nanti juga sampai. Sampai mana?  Ke tujuan lah hehe. Lama ya, kayak nunggu jodoh hm.  Lah, baiklah, refleksi sebentar. Skip. Jadi begini, ya begitu. Kriteria lama atau sebentar itu tiap individu berbeda, berbeda disini ya banyak artian. Satu jam lama? Ada yang berpendapat seperti itu. Eh wait, kadang kriteria lama atau sebentar tergantung pada aktifitas yang di lakukan.  Oke ini ga penting-penting banget sih. Tapi, ya aku pengen nulis aja gaes. Candra (lagi)

Hanyalah titipan~

Karena pada dasarnya semua itu adalah titipanNya. Sama halnya dengan suara ombak, kemarin kamu masih mampu mendengarkan desiran ombak di Pulau itu. Besok? Mungkin kamu masih berkesempatan mendengarkan, entah di pulau yang sama, ataupun berbeda. Atau bahkan, kamu masih bisa mendengarkan suara ombak itu hingga kamu tidak mampu berkunjung di pantai itu. Kemampuanmu mendengarkan suara-suara ombak itu diumpamakan perkataan dari dalam jiwamu. Hingga pada waktunya nanti, suara-suara ombak itu tak mampu lagi kamu dengarkan, hanya manusia yang masih dititipkan nyawa olehNya lah yang mampu mendengarkan. Dan, entah siapa yang lebih dulu. Hanya Dia Yang Maha Mengetahui.