Langsung ke konten utama

Hanyalah titipan~

Karena pada dasarnya semua itu adalah titipanNya.

Sama halnya dengan suara ombak, kemarin kamu masih mampu mendengarkan desiran ombak di Pulau itu. Besok? Mungkin kamu masih berkesempatan mendengarkan, entah di pulau yang sama, ataupun berbeda. Atau bahkan, kamu masih bisa mendengarkan suara ombak itu hingga kamu tidak mampu berkunjung di pantai itu.
Kemampuanmu mendengarkan suara-suara ombak itu diumpamakan perkataan dari dalam jiwamu. Hingga pada waktunya nanti, suara-suara ombak itu tak mampu lagi kamu dengarkan, hanya manusia yang masih dititipkan nyawa olehNya lah yang mampu mendengarkan. Dan, entah siapa yang lebih dulu. Hanya Dia Yang Maha Mengetahui.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lama, Katanya...

Hallo sobat Millenials, masih bertahan dalam perjalanan menuju suatu tempat? Yaaaa ini proses, nikmati saja. Lalu apa harus dilakukan sekarang? Sulit dude!  Orang punya kepribadian masing-masing. Orang punya masanya masing-masing. Orang punya karakternya masing-masing. Pun tidak bisa di paksakan. Lalu? Bersabar gaes, yo jelas rak ono batese . Hzzzz, nanti juga sampai. Sampai mana?  Ke tujuan lah hehe. Lama ya, kayak nunggu jodoh hm.  Lah, baiklah, refleksi sebentar. Skip. Jadi begini, ya begitu. Kriteria lama atau sebentar itu tiap individu berbeda, berbeda disini ya banyak artian. Satu jam lama? Ada yang berpendapat seperti itu. Eh wait, kadang kriteria lama atau sebentar tergantung pada aktifitas yang di lakukan.  Oke ini ga penting-penting banget sih. Tapi, ya aku pengen nulis aja gaes. Candra (lagi)
Pukul 5 lewat, Matematika? Hehe Atau Budaya Antre? Jadi lebih penting mana?  - Cerita dulu, Australia lebih menekankan budaya antre dengan tertib daripada Matematika. Lho? Why?  Tanpa kita sadari, budaya antre itu sangat penting. Ketika dalam kemacetan, antrean menunggu, budaya ini sangat penting. Karena ke-tertib-an yang diutamakan. Bukan soal siapa cepat dia dapat. Tapi, keadilan. Yang datang dulu siapa? Yang pertama siapa?  Sayang sekali, Indonesia belum menekankan budaya antre seperti ini. Susah memang, apalagi jika tidak tertanam ke-tertib-an pada individu masing-masing. Pendapat saja, usahakan, minimal ada 1 buku di setiap tas yang kita bawa. Entah buku apa, bacaan, fiksi, non-fiksi, apapun itulah. Sangat perlu, WHY? Ketika antre, kita bisa baca bukuuuuu dudeee! Tanpa memainkan gadget (hehe, padahal sendirinya iya) . Tentu yang baca kali ini tahu kalau buku itu segalanya, buku itu jendela ilmu , dengan buku kita bisa menambah wawasan kita , buku jugak sahabat